
Suseno adalah seorang tukang kebun yang baru bekerja di rumah R.M. Sutedjo. Dari situ merupakan awal pertemuan antara Suseno dengan Sri Kumalasari. Kumalasari adalah putri R.M Sutedjo bangsawan yang kaya raya. Kumalasari tidak suka adanya suseno yang dianggapnya tidak menghormati majikannya.
Di rumah R.M Sutedjo sedang ada perayaan ulang tahun R.M Sutedjo dan Sri Kumalasari. Dalam acara itu hadir teman dekat Sri Kumalasari yaitu R.M Santjaka. Sri Kumalasari dan R.M Santjaka bersenda gurau di taman, tiba-tiba Santjaka melakukan hal yang tidak baik kepada Sri, dia berbuat kasar dan tidak sopan. Perbuatan seperti itu tidak sepantasnya dilakukan kepada seorang wanita, Sri tidak terima dengan apa yang dilakukan oleh Santjaka. Saat itu pula Suseno tiba-tiba datang menghampiri mereka, dan terjadilah keributan antara Suseno dengan Santjaka. Sri Kumalasari melerai keributan yang ada. Suseno yang berniat membantu Sri justru mandapat perlakuan yang buruk dari Sri. Sri malah memarahinya dan melemparkan batu ke dahinya. Sri yang tidak sengaja merasa menyesal dan segera meminta maaf kepada Suseno.
Beberapa minggu setelah kejadian itu, Santjaka datang ke rumah Sri dan mengajak Sri pergi ke Tawangmangu. Di Tawangmangu Santjaka menyatakan cintanya kepada Sri namun Sri menolaknya, Santjakapun kembali melakukan hal yang tidak sopan kepada Sri dan mengancam Sri apabila dia melawan, Sri ingin kabur tetapi Santjaka menahanya. Kemudian muncul Suseno dengan tiba-tiba, terjadi keributan lagi antara Suseno dan Santjaka. Terjadi adu pukul dan perlawanan menggunakan pistol oleh Santjaka, tetapi suseno berhasi menghindar. Santjaka terjatuh dari tebing tetapi Suseno menolongnya dan tetap memberi pelajaran kepada Santjaka. Sri sangat berterimakasih kepada Suseno karena menolongnya dua kali, dia tersadar bahwa suseno itu lekaki yang baik. Sri juga bingung kenapa Suseno ada di tempat itu, setelah dijelaskan oleh Suseno mereka kembali pulang ke Semarang.
Setelah kejadian itu Santjaka tidak pernah lagi datang ke tempat Sri lagi. Suatu hari Sri di suruh orang tuanya pergi ke Jogjakarta untuk memperbaiki kalung mutiaranya. Dia pergi ke Jogja sendiri menggunakan sepeda motor. Di jalan Tempel ada pohon tumbang di tengah jalan, kemudian Sri berusaha menyingkirkan pohon itu. Tiba-tiba datang segerombolan laki-laki menggunakan topeng yang berusaha merampok Sri. Sri disekap oleh perampok itu sehingga dia tidak bisa melawan. Kemudian Suseno datang menolong Sri, dia melawan perampok itu sampai akhirnya dia tertembak dan pingsan. Perampok itu mengira Suseno mati dan kabur membawa kalung yang dibawa oleh Sri. Sri berusaha melepaskan ikatan tali dan membawa Suseno ke Rumah Sakit.
Setibanya dia di rumah, dia merasa tidak bersemangat, dia masih memikirkan Suseno yang masih dirawat di Rumah sakit Jogjakarta. Akhirnya karena kebanyakan memikirkan Suseno, Sri jatuh sakit. Sri bercerita kepada ibunya kalau dirinya jatuh cinta kepada Suseno, dia tidak malu dengan keadaan Suseno yang menjadi tukang kebun.
Tanggal 10, saat Sri menuggu Suseno dia mendengar suara orang masuk rumah dengan diam-diam, dia melihat lima orang menggunakan penutup muka. Belum sempat berteriak meminta tolong, Sri di sekap terlebih dahulu. Saat di sekap datang juga orang bertopeng dan berpakaian hitam saling beradu kekuatan. Salah satu dari kelompok itu ingin merampok harta yang ada dirumah Sri. Perlawanapun saling terjadi antara dua kelompok itu, salah satu orang yang ingin mengambil harta dibuka topengnya dan ternyata itu adalah R.M Santjaka alias Broto. Dia bekerja sama dengan pembantu R.M Sutedjo yaitu Pak Marto. Perampokan itu berhasil digagalkan oleh Polisi. Suseno yang terluka dibawa ke Rumah Sakit, saat di Rumah sakit Sri Kumalasari dan orang tuanya mengetahui identitas asli Suseno. Ternyata dia adalah seorang polisi dan memiliki nama asli R.M. Seso Adikusumo. Setelah kejadian itu Suseno dan Sri dekat dan akhirnya bersatu dalam pernikahan. Hidup mereka bahagia dan di karuniani seorang anak.
SINOPSIS BUKU : GEROMBOLAN GAGAK MATARAM
Reviewed by Hendi Widyatmoko
on
9/21/2019 07:00:00 AM
Rating:

Tidak ada komentar: