
Jenis frasa dibagi
menjadi dua, yaitu berdasarkan persamaan distribusi dengan unsurnya (pemadunya)
dan berdasarkan kategori kata yang menjadi unsur pusatnya.
1.
Berdasarkan Persamaan
Distribusi dengan Unsurnya (Pemadunya).
Berdasarkan persamaan distribusi dengan unsurnya
(pemadunya, frasa dibagi menjadi dua, yaitu Frasa Endosentris dan Frasa
Eksosentris.
a.
Frase endosentrik
adalah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya. Frase
endosentrik dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu:
1)
Frasa Endosentris
Koordinatif, yaitu frasa endosentris yang semua unsurnya adalah unsur pusat dan
mengacu pada hal yang berbeda diantara unsurnya terdapat (dapat diberi) ‘dan’
atau ‘atau’.
Contoh:
a)
suami istri dua tiga
(hari)
b)
ayah ibu
c)
pembinaan dan
pembangunan
d)
pembangunan dan
pembaharuan
e)
belajar atau bekerja.
2)
Frasa Endosentris
Atributif, yaitu frasa endosentris yang disamping mempunyai unsur pusat juga
mempunyai unsur yang termasuk atribut. Atribut adalah bagian frasa yang bukan
unsur pusat, tapi menerangkan unsur pusat untuk membentuk frasa yang
bersangkutan.
Contoh:
a)
pembangunan lima
tahun
b)
sekolah Inpres
c)
buku baru
d)
orang itu
Kata-kata yang dicetak miring dalam frasa-frasa di atas seperti
adalah unsur pusat, sedangkan kata-kata yang tidak dicetak miring adalah
atributnya.
3)
Frasa Endosentris
Apositif, yaitu frasa endosentris yang semua unsurnya adalah unsur pusat dan
mengacu pada hal yang sama. Unsur pusat yang satu sebagai aposisi bagi unsur
pusat yang lain.
Contoh:
Ahmad, anak Pak Sastro, sedang
belajar.
Ahmad, …….sedang belajar.
……….anak Pak Sastro sedang belajar.
Unsur ‘Ahmad’ merupakan unsur pusat, sedangkan unsur ‘anak
Pak Sastro’ merupakan aposisi. Contoh lain:
a)
Yogya, kota pelajar
b)
Indonesia , tanah airku
c)
Bapak SBY, Presiden RI
d)
Mamad, temanku.
Frasa yang hanya terdiri atas satu kata tidak dapat
dimasukkan ke dalam frasa endosentris koordinatif, atributif, dan apositif,
karena dasar pemilahan ketiganya adalah hubungan gramatik antara unsur yang
satu dengan unsur yang lain. Jika diberi aposisi, menjadi frasa endosentris
apositif. Jika diberi atribut, menjadi frasa endosentris atributif. Jika diberi
unsur frasa yang kedudukannya sama, menjadi frasa endosentris koordinatif
b.
Frasa Eksosentris,
adalah frasa yang tidak mempunyai persamaan distribusi dengan unsurnya. Frasa
ini tidak mempunyai unsur pusat. Jadi, frasa eksosentris adalah frasa yang
tidak mempunyai UP.
Contoh:
Siswa kelas 1A sedang bergotong royong di dalam
kelas.
Frase di dalam kelas tidak mempunyai distribusi yang sama dengan
unsurnya. Ketidaksamaan itu dapat dilihat dari jajaran berikut:
Siswa kelas 1A sedang bergotong royong di ….
Siswa kelas 1A sedang bergotong royong …. kelas
2.
Berdasarkan Kategori
Kata yang Menjadi Unsur Pusatnya.
Berdasarkan kategori kata yang menjadi unsur pusatnya,
frasa dibagi menjadi enam.
a.
Frasa nomina, frasa
yang UP-nya berupa kata yang termasuk kategori nomina. UP frasa nomina itu
berupa:
1.
nomina sebenarnya
contoh:
pasir ini digunakan
utnuk mengaspal jalan
2.
pronomina
contoh:
dia itu musuh saya
3.
nama
contoh:
Dian itu manis
4.
kata-kata selain
nomina, tetapi strukturnya berubah menjadi nomina
contoh:
dia rajin → rajin itu menguntungkan
anaknya dua ekor → dua itu sedikit
dia berlari → berlari itu menyehatkan
kata rajin pada kaliat pertama awalnya adalah frasa
ajektiva, begitupula dengan dua ekor awalnya frasa numeralia, dan kata berlari
yang awalnya adalah frasa verba.
b.
Frasa Verba, frasa
yang UP-nya berupa kata yang termasuk kategori verba. Secara morfologis, UP
frasa verba biasanya ditandai adanya afiks verba. Secara sintaktis, frasa verba
terdapat (dapat diberi) kata ‘sedang’ untuk verba aktif, dan kata ‘sudah’ untuk
verba keadaan. Frasa verba tidak dapat diberi kata’ sangat’, dan biasanya
menduduki fungsi predikat.
Contoh:
Dia berlari.
Secara morfologis, kata berlari terdapat afiks ber-,
dan secara sintaktis dapat diberi kata ‘sedang’ yang menunjukkan verba aktif.
c.
Frasa Ajektifa, frasa
yang UP-nya berupa kata yang termasuk kategori ajektifa. UP-nya dapat diberi
afiks ter- (paling), sangat, paling agak, alangkah-nya, se-nya. Frasa ajektiva
biasanya menduduki fungsi predikat.
Contoh:
Rumahnya besar.
Contoh:
menakutkan (memiliki afiks verba, tidak bisa diberi kata
‘sedang’ atau ‘sudah’. Tetapi bisa diberi kata ‘sangat’).
d.
Frasa Numeralia, frasa
yang UP-nya berupa kata yang termasuk kategori numeralia. Yaitu kata-kata yang
secara semantis mengatakan bilangan atau jumlah tertentu. Dalam frasa numeralia
terdapat (dapat diberi) kata bantu bilangan: ekor, buah, dan lain-lain.
Contoh:
dua buah
tiga ekor
duapuluh lima
orang.
e.
Frasa Preposisi, frasa
yang ditandai adanya preposisi atau kata depan sebagai penanda dan diikuti kata
atau kelompok kata (bukan klausa) sebagai petanda.
Contoh:
Penanda (preposisi) + Petanda (kata atau kelompok kata) di
teras
ke rumah teman
dari sekolah
untuk saya
f.
Frasa Konjungsi, frasa
yang ditandai adanya konjungsi atau kata sambung sebagai penanda dan diikuti
klausa sebagai petanda. Karena penanda klausa adalah predikat, maka petanda
dalam frasa konjungsi selalu mempunyai predikat.
Contoh:
Penanda (konjungsi) + Petanda (klausa, mempunyai P)
Sejak kemarin dia terus diam(P)
di situ.
Dalam
buku Ilmu Bahasa Insonesia, Sintaksis, ramlan menyebut frasa tersebut
sebagai frasa keterangan, karena keterangan menggunakan kata yang termasuk
dalam kategori konjungsi.
JENIS FRASA (FRASA ENDOSENTRIS DAN FRASA EKSOSENTRIS)
Reviewed by Hendi Widyatmoko
on
4/01/2019 07:00:00 AM
Rating:

Tidak ada komentar: