Cerpen adalah suatu karya sastra yang memiliki nilai estetis sendiri. Dalam pembuatan cerpen memerlukan memperhatikan beberapa hal, seperti tema, fakta cerita, dan sarana cerita. Di dalam ilmu kesusastraan pun sebuah cerpen dapat dianalisis dari tema, fakta cerita, dan sarana cerita. Di bawah ini adalah salah satu hasil analisis cerpen yang berjudul "Omah kang Pungkasan".
1. Sinopsis
“OMAH KANG PUNGKASAN”
Diceritakan Rini yang nama lengkapnya Ayu Sekarini, kelahiran 14 Mei 1967 sudah merasa tentram dan senang hidup bersama suami terakhirnya Mursalin Ridho kepala bank pemerintah di kotanya Rini.
Umur 20 tahun
Rini kuliah di FIP IKIP PGRI, dia ambil jurusan Bimbingan dan Konseling. Rini termasuk dalam wanita yang cantik. Selama kuliah Rini suka bareng-bareng dengan teman, ikut seni teater. Di kos-kosan Rini tidak suka membeda-bedakan teman, semua orang ditanggapi. Suatu hari ada kabar beredar di kampus IKIP PGRI bahwa Rini mengandung. Karena sebelum Rini mengandung banyak lelaki yang main di kos-kosan Rini, maka Pak RT melakukan undian untuk menentukan siapa yang berhak untuk bertanggung jawab atas kehamilan Rini.
Setelah dilakukan undian, maka ditentukanlah yang bertanggung jawab adalah dr Sutomo. Dengan rasa tabah dr. Sutomo menggandeng Rini. Tidak lama selang pernikahan antara Rini dengan dr. Sutomo, ada kabar bahwa mobil dr. Sutomo tabrakan dengan kereta api.
Umur 23 tahun
Setelah dr. Sutomo atau suami pertama Rini meninggal dunia. Rini menikah dengan Pak Darminto atau paklik dari Bagyo teman kuliah Rini. Sebelumnya Bagyo kepengen menikahi Rini, tetapi karena Bagyo belum lulus sekolah, maka Rini menolak dengan halus. Tetapi Bagyo tidak kurang akal, dia melimpahkan Rini kepada pakliknya, Pak Darminto. Dan ternyata Rini mau menikah dengan Pak Darminto.
Anaknya dengan dr. Sutomo, Ira Sekarini ikut dengan mertua atau orang tua dr. Sutomo almarhum, di daerah Minggir, Yogyakarta.
Pada suatu hari Ibu Rini mendapat telepon dan mengabarkan bahwa Pak Darminto sedang koma. Dan akhirnya Rini menangis dengan memegang perut yang sedang mengandung anaknya Pak Darminto berumur 5 bulan.
Umur 40 tahun
Setelah Pak Darminto meninggal dunia, akhirnya Rini menjadi janda. Rini pindah tempat kerja ke kota kelahiran di Purwokerto. Tugas di SD pinggiran kota dan langsung bertempat di rumah dinas guru SD.
Anaknya dengan Pak Darminto, Indra Subagyo mulai umur 2 tahun diadopsi oleh Bagyo, teman kuliah Rini. Kerabat Pak Darminto sendiri tidak mau mengakui Indra adalah anaknya Pak Darminto karena Pak Darminto termasuk orang yang “istimewa”.
Setelah Rini berpindah ke Purwokerto dan bertemu dengan Hansi Setyaroyo, SH yang sekarang menjadi guru di SMP Swasta, Rini akhirnya menikah lagi dengan Hansi Setyaroyo. Dan baru 2 tahun nikah sudah dikaruniai seorang anak, anak pertama Hansi Setyaroyo tetapi anak nomor 3 Rini.
Selama menjadi istrinya Hansi Setyaroyo, Rini diberi kebebasan untuk melakukan segala kegiatan yang diinginkan mulai dari kumpul dengan teman-teman dan ikut kesenian. Selama itu pula Rini sering diantar jemput oleh teman se-profesi. Tetangga bergeming kalau tidak pantas seorang perempuan diantar jemput bukan oleh suaminya, apalagi sering menginap. Sedikit-sedikit hati Hansi mulai cemburu melihat istrinya setiap hari kumpul-kumpul dengan lelaki lain. Maka pada saat ada wanita lain mengajak Hansi untuk pergi ke Semaji, Krian dan menikah dengan wanita tersebut. Rini terpontang-panting setelah 6 bulan Hansi tidak pulang-pulang, akhirnya Rini mengajukan talak ke Pengadilan Agama dan menjadi janda yang ketiga kalinya.
Walaupun sudah menjanda sebanyak 3 kali, Rini tetap kelihatan cantik, masih seperti prawan. Kebiasaan meng-MC membuat Rini mendapat undangan di salah satu bank yang sedang berulang tahun dan di sana ketemu dengan Mursalin Ridho kepala bank yang masih jejaka, tetapi umurnya sudah 50 tahun.
Mursalin Ridho menawarkan kepada Rini untuk menjadi istrinya, Rini sebenarnya mau menolak, tetapi akhirnya mau menikah dengan Mursalin Ridho. Setelah menjadi istri Mursalin Ridho, Rini berkata kepada suaminya bahwa semoga rumah ini merupakan rumah terakhir bagi Rini. Mursalin Ridho mengatakan bahwa rumah yang sudah menjadi mas kawin itu bukan rumah terakhir. Tetapi rumah terakhir itu adalah kuburan, rumah masa depan. Dan apabila anak Rini dan Mursalin beranjak dewasa, Rini mau diajak ke Mekkah, beribadah, moga-moga bisa dipakai untuk bekal di rumah masa depan. Rini langsung memeluk suaminya Mursalin Ridho dengan erat-erat, dan disertai rasa sayang yang dalam sambil meng-Amini apa yang dikatakan oleh suaminya.
2. Tema
Definisi Tema :
a) Menurut Sumarjo dan Saini
Tema adalah ide sebuah cerita (1991 : 56).
b) Menurut Hartoko dan Rachmanto
Tema sebagai anggapan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra, dan yang terkandung dalam teks sebagai unsur sematis (dalam Nurgiyantoro, 1998 : 68)
c) Menurut wikipedia.com
Tema adalah suatu gagasan pokok/ ide pikiran dalam membuat suatu tulisan.
Kesimpulan :
Tema adalah ide cerita/ gagasan pokok/ ide pikiran yang merupakan dasar untuk pengembangan sebuah cerita/ tulisan dan menjiwai seluruh bagian dari cerita/ tulisan itu sendiri.
Analisis Tema dalam cerpen “Omah kang Pungkasan”
Dalam cerpen yang berjudul “Omah kang Pungkasan”, dapat ditarik kesimpulan bahwa temanya adalah “Kuburan sebagai Rumah Terakhir atau Rumah Masa Depan”
Alasannya :
Karena dalam akhir cerita ada penekanan dan penegasan bahwa rumah terakhir itu bukan rumah yang digunakan sebagai mas kawin, tetapi rumah terakhir itu adalah kuburan, rumah masa depan. Itu seperti yang diceritakan pada cerpen yang menceritakan pada saat Rini bilang kepada suami terakhirnya Mursalin Ridho semoga rumah ini menjadi rumah terakhir bagi Rini. Mursalin Ridho mengatakan bahwa rumah yang sudah menjadi mas kawin itu bukan rumah terakhir. Tetapi rumah terakhir itu adalah kuburan, rumah masa depan.
3. Fakta Cerita
[
a) Alur/ Plot
Definisi Alur/ Plot :
a) Menurut Sudjirman
Alur adalah struktur naratif bagi seluruh cerita dan harus dapat menjalankan tugasnya dalam menyelesaikan gagasan hingga menjadi satu kesatuan cerita yang utuh di dalam pengesahan cerita (Sudjirman, 1991 :31)
Pengaluran dalam suatu cerita adalah pengeluaran urutan penampilan peristiwa untuk memenuhi berbagai tuntutan sehingga peristiwa itu dapat tersusun dalam hubungan sebab-akibat.
b) Menurut Sumardjo dan Saini
Alur adalah rangkaian peristiwa yang satu sama yang lain ditimbulkan dengan hubungan sebab-akibat. Peristiwa A adalah penyebab terjadinya peristiwa B, peristiwa B penyebab peristiwa C, dan seterusnya (1991 :139)
c) Menurut KBBI
1) Lekuk memanjang (di tanah, kayu sungai, bagian tubuh, dsb);
2) Jalan (aturan, adat) yang benar;
3) Sas rangkaian peristiwa yang direka dan dijalin dengan seksama dan menggerakkan jalan cerita melalui kerumitan kea rah klimaks dan penyelesaian;
4) Sas jalinan peristiwa di karya sastra untuk mencapai efek tertentu (pautannya dapat diwujudkan oleh hubungan temporal atau waktu dan oleh hubungan kausal atau sebab-akibat)
Analisis Alur/ Plot dalam cerpen “Omah kang Pungkasan”
Dalam cerpen yang berjudul “Omah kang Pungkasan”, dapat disimpulkan bahwa alur yang digunakan oleh pengarang adalah alur sorot balik (Flash Back).
Ini bisa dilihat dari isi cerita dalam bagian-bagian alur (Sumardjo dan Saini, 1991 : 434), yaitu :
a) Pengenalan/ Awal cerita
Menceritakan bahwa Rini yang nama lengkapnya Ayu Sekarini sudah merasa tentram dan senang hidup bersama suami terakhirnya Mursalin Ridho kepala bank pemerintah di kotanya Rini.
b) Timbul konflik
Pada umur 20 tahun Rini sedang kuliah dan ternyata hamil karena banyak lelaki yang sering main ke kos-kosannya. Dan untuk mengatasi masalah itu Pak RT melakukan undian untuk menentukan siapakah yang harus bertanggung jawab.
c) Konflik memuncak
Pada umur sekitar 40 tahun Rini menjadi istri Hansi Setyaroyo, Hansi meninggalkan Rini dan menikah dengan wanita lain karena merasa cemburu dengan Rini.
d) Klimaks
Rini terpontang-panting selama 6 bulan karena Hansi tidak pulang-pulang dan akhirnya Rini mengajukan talak ke Pengadilan Agama dan akhirnya disetujui. Hingga membuat Rini menjadi janda untuk ketiga kalinya.
e) Pemecahan masalah
Setelah menjadi janda Rini bekerja sebagai MC, pada suatu hari diundang untuk meng-MC di sebuah bank di daerahnya. Di sana Rini bertemu dengan Mursalin Ridho yang akhirnya mengajak Rini untuk menikah, pada awalnya Rini menolak tetapi akhirnya Rini juga mau menikah dengan Mursalin Ridho. Setelah menjadi istri Mursalin Ridho, Rini berkata kepada suaminya semoga rumah ini menjadi rumah terakhir. Tetapi suaminnya mengatakan bahwa rumah untuk mas kawin ini bukan rumah terakhir, tetapi rumah terakhir itu adalah kuburan atau rumah masa depan. Bila anak mereka sudah beranjak dewasa Rini mau diajak ke Mekkah untuk beribadah dan semoga bisa menjadi bekal kelak. Mendengar itu Rini memeluk suaminya sambil meng-Amini perkataan suaminya.
Kesimpulan :
Pada awal cerita diceritakan Rini sudah merasa senang dan bahagia hidup bersama suami terakhirnya Mursalin Ridho, padahal itu merupakan bagian akhir dari cerita. Selanjutnya baru menceritakan dari awal hingga akhir, sehingga dapat disimpulkan alur yang digunakan oleh pengarang adalah alur Sorot Balik (Flash Back).
b) Penokohan
Definisi Penokohan :
1) Menurut Jones dalam Nurgiyantoro
Penokohan adalah gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita (1998 : 165)
2) Menurut Esten
Penokohan karakter adalah bagaimana cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan watak tokoh-tokoh dalam cerita rekaannya (Esten, 1994)
3) Menurut kutipan dari buku Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas XI SMA/MA
Penokohan atau perwatakan adalah pelukisan tokoh cerita, baik
keadaan lahir maupun batinnya termasuk keyakinannya, pandangan
hidupnya, adat-istiadat, dan sebagainya.
Penokohan/karakterisasi adalah cara penulis menggambarkan tokoh-tokohnya dalam sebuah cerita. Dalam penggambaran tokoh-tokoh dalam karya tulis, pengarang bisa menggambarkannya secara realistis atau tidak realistis, karikaturis, maupun secara stereotipical.
Analisis penokohan dalam cerpen “Omah kang Pungkasan”
Dalam cerpen “Omah kang Pungkasan” diketahui ada beberapa tokoh yang memiliki watak yang berbeda-beda, antara lain :
1. Rini yang nama lengkapnya Ayu Sekarini
Tokoh ini memiliki watak suka bergaul dengan semua orang, tanpa membeda-bedakan orang. Ini bisa dilihat pada kelakuan Rini disaat kuliah dan menjadi istri dari Hansi Setyaroyo. Yang pada saat itu Rini bebas untuk bergaul dengan siapapun dan bebas melakukan apa yang diinginkannya. Hingga akhirnya Rini hamil di luar nikah pada saat kuliah dan ditinggal oleh Hansi Setyaroyo karena Hansi Setyaroyo cemburu dengan kelakuan Rini yang setiap kali diantar oleh temannya.
Di satu sisi Rini juga memiliki watak yang suka berjuang, ini bisa dilihat pada saat Rini ditinggal oleh Hansi Setyaroyo, Rini menjadi perempuan yang berjuang untuk hidup sendiri hingga akhirnya ketemu dengan Mursalin Ridho dan menjadi suami terakhir Rini.
2. dr. Sutomo
Tokoh ini memiliki watak yang tabah. Ini bisa ditunjukkan pada saat penentuan lelaki yang berhak untuk bertanggung jawab atas kehamilan Rini, dan setelah ditentukan ternyata dr. Sutomo yang berhak. Mendengar itu dr. Sutomo menggandeng dengan tabah si Rini.
3. Bagyo
Tokoh ini memiliki watak yang pemberani, mau menjadi beban orang lain, dan tanggung jawab. Ini bisa dilihat dari kemauan Bagyo untuk mengadopsi anak Rini dan Darminto, karena keluarga Darminto tidak mengakui kalau itu anaknya Darminto.
4. Hansi Setyaroyo
Tokoh ini memiliki watak yang tidak membatasi istri. Ini bisa dilihat pada saat Hansi Setyaroyo memberikan kebebasan kepada Rini untuk bergaul dan melakukan kegiatannya dengan siapa saja. Tetapi Hansi Setyaroyo juga memiliki watak yang pecemburu, ini bisa dilihat pada saat Hansi Setyaroyo meninggalkan Rini dan menikah lagi dengan orang lain karena cemburu dengan istrinya.
5. Mursalin Ridho
Tokoh ini memiliki watak yang sangat dewasa dan selalu ingat kepada Tuhan sang Pencipta. Ini bisa dilihat pada saat Mursalin Ridho mengatakan kepada Rini bahwa rumah yang terakhir itu bukan rumah yang digunakan untuk mas kawin, tetapi rumah terakhir atau rumah masa depan itu adalah kuburan.
c) Latar/ Setting
Definisi Latar/ Setting :
1) Menurut Abrams dalam Nurgiyantoro
Latar atau setting mengarah pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa yang diceritakan (Abrams dalam Nurgiyantoro, 1998 : 216)
2) Menurut Kenney dalam Sudjirman
Latar meliputi penggambaran lokasi geografis, termasuk topografi pemandangan, sampai pada rincian perlengkapan sebuah ruangan, pekerjaan atau kesibukan sehari-hari tokoh-tokoh, waktu berlakunya kejadian, sejarahnya, musim terjadinya, lingkungan agama, moral, emosional para tokoh (Kenney dalam Sudjirman, 1991 :44).
Latar (seting) adalah tempat dan waktu (di mana dan kapan) suatu cerita itu terjadi. Yang harus diperhatikan dalam latar adalah tidak hanya segi fisik dari latar itu. Latar sebenarnya memberikan informasi yang sangat penting tentang keadaan masyarakat dimana ceritra itu terjadi pada waktu itu.
Analisis Latar/ Setting dalam cerpen “Omah kang Pungkasan”
Cerita pada cerpen “Omah kang Pungkasan” itu terjadi di kampus FIP PGRI pada tahun 1987 dan berlanjut di daerah Purwokerto.
4. Sarana Cerita
a) Judul
Definisi Judul :
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, judul memiliki dua arti, yaitu :
1) Nama yang dipakai untuk buku atau bab di buku yang dapat menyiratkan secara pendek isi atau maksud buku atau bab itu.
2) Kepala karangan (cerita, drama, dsb)
Analisis Judul dalam cerpen “Omah kang Pungkasan”
Dalam cerpen tersebut judul yang diambil pengarang adalah “Omah kang Pungkasan”
b) Sudut Pandang/ Point of View
Definisi Sudut Pandang of View :
1) Menurut Tarigan
Sudut pandang adalah hubungan yang ada di antara pengarang dengan fiktif rekaannya, atau pengarang dengan pikiran dan perasaan para tokoh (Tarigan, 1991 : 140)
2) Menurut Harry Shaw dalam Sudjirman
Sudut pandang adalah cara atau pandangan yang digunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah fiksi, kepada pembaca (1991 : 76)
Kesimpulan :
Sudut pandang merupakan strategi dan teknik yang sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasannya dalam bentuk cerita.
Analisis Sudut Pandang dalam cerpen “Omah kang Pungkasan”
Dalam cerpen yang berjudul “Omah kang Pungkasan” pengarang menggunakan sudut pandang persona orang ke-3 bagian dia terbatas, maksudnya di sini pengarang hanya melukiskan apa yang dialami, dilihat, dirasakan, dan dipikirkan oleh tokoh utama.
Semua itu bisa ditunjukkan dalam cerpen “Omah kang Pungkasan” dengan cerita yang disajikan oleh pengarang yang isinya selalu menceritakan apa yang dialami oleh Rini, pengarang tidak membahas secara tuntas atau lebih mendalam tokoh-tokoh yang lain, seperti dr. Sutomo, Darminto, Bagyo, Hansi Setyaroyo, dan Mursalin Ridho.
c) Simbol
Definisi Simbol :
Menurut situs pusatbahasa.diknas.go.id, simbol adalah penggambaran suatu maksud oleh objek 3.
Pengertian lain, simbol adalah sesuatu yang biasanya konkrit yang digunakan untuk mewakili suatu pengertian yang abstrak. Simbol digunakan selain untuk segi keindahan, juga untuk menjelaskan dengan lebih bening artian yang abstrak.
Analisis Simbol dalam cerpen “Omah kang Pungkasan”
Dalam cerpen yang berjudul “Omah kang Pungkasan” ada sebuah simbol yang dipakai pengarang dalam menyampaikan sebuah isi atau maksud cerita, yaitu omah kang pungkasan yang menunjukkan sebuah kuburan atau rumah masa depan.
Semua itu bisa ditunjukkan dengan kutipan cerpen :
“Omah sing pungkasan iku dudu omah iki…nanging kuburan, rumah masa dhepan dhiajeng…mula suk menawa anake dhewe wis rada gedhe, dhiajeng arep dakjak menyang Mekah, ngibadah, muga-muga kena kanggo sangu manggon omah kang pungkasan!”
d) Ironi
Definisi Ironi :
Menurut situs bahtera.org ironi memiliki dua arti, yaitu :
1) Kejadian/ situasi yang bertentangan dengan yang diharapkan atau yang seharusnya terjadi, tetapi sudah menjadi suratan takdir.
2) Sas majas yang menyatakan makna yang bertentangan dengan makna sesungguhnya, missal dengan mengemukakan makna yang berlawanan dengan makna yang sebenarnya dan ketidaksesuaian yang diketengahkan dengan kenyataan yang mendasarinya.
Analisis Ironi dalam cerpen “Omah kang Pungkasan”
Dalam cerpen “Omah kang Pungkasan” unsur ironi disajikan oleh pengarang mana kala Rini berharap bahwa rumah yang sudah menjadi mas kawin pada saat menikah dengan Mursalin Ridho menjadi rumah terakhirnya. Tetapi ternyata suaminya menjelaskan kepada Rini bahwa rumah yang telah menjadi mas kawin tersebut bukan rumah terakhir bagi Rini, tetapi rumah terakhir itu adalah kuburan atau rumah masa depan.
Ini bisa ditunjukkan dengan kutipan dari cerpen, yaitu :
“Omah sing pungkasan iku dudu omah iki…nanging kuburan, rumah masa dhepan dhiajeng…”
e) Ironi Dramatik
Definisi Ironi Dramatik :
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ironi dramatik memiliki arti :
1) Sas situasi yg timbul dalam drama, apabila seorang tokoh mengucapkan sesuatu yang bermakna bagi pembaca atau penonton, tetapi tidak disadari oleh tokoh lain.
2) Informasi yg diberikan kepada penonton atau pembaca melalui ucapan mengenai identitas seorang tokoh, maksud, atau suatu peristiwa
Analisis Ironi Dramatik dalam cerpen “Omah kang Pungkasan”
Dalam cerpen yang berjudul “Omah kang Pungkasan” unsur Ironi Dramatik terdapat dalam pengungkapan suami terakhir mengenai rumah terakhir dan saat itu Rini hanya merasa deg-degan. Tidak tahu apa maksud perkataan dari sang suami yang terakhir.
Ini bisa ditunjukkan dalam kutipan cerpen, yaitu :
“Amien dhiajeng…nanging jane omah sing wis dakpasrahake dhiajeng minangka mahar, maskawin iki dudu omahe dhiajeng sing pungkasan!” Tatrap atine Rini nggronjal, jantunge dheg-dhegan, omonge singh kakung dirasakake atos, kaya atose palu. Apa sing dikarepake?
f) Humor
Definisi Humor :
1) Menurut situs bertanyaataumati.blgspot.com
Humor adalah kualitas atau kandungan yang bisa menghibur atau membuat orang tertawa.
2) Menurut KBBI
• Sesuatu yang lucu; ia mempunyai rasa
• Keadaan (dalam cerita, dsb) yang menggelikan hati kejenakaan, kelucuan
Analisis Humor dalam cerpen “Omah kang Pungkasan”
Dalam cerpen “Omah kang Pungkasan” tidak ada unsure humor yang ditemukan.
g) Gaya dan Suasana
1) Gaya
Definisi Gaya :
• Menurut Sumardjo dan Saini
Gaya adalah cara khas pengungkapan seseorang dalam menyampaikan cerita, bukan gaya bahasa. Setiap pengarang memiliki gaya yang khas dan berbeda dengan pengarang lainnya. Gaya erat kaitannya dengan cara pandang dan berfikir pengarang. Hal itu tercermin dalam bagaimana seseorang memilih tema, kata-kata, persoalan, dan meninjau persoalan hingga bisa menceritakannya dalam sebuah cerita (Sumardjo dan Saini, 1991 : 192)
Dalam gaya terdapat dua unsur, yaitu :
• Ragam
Definisi Ragam :
Menurut KBBI, ragam adalah jenis atau macam. Ragam tulis adalah ragam bahasa yang digunakan melalui media tulis, tidak terikat ruang dan waktu sehingga diperlukan kelengkapan struktur sampai pada sasaran secara visual.
Analisis Ragam dalam cerpen “Omah kang Pungkasan”
Dalam cerpen yang berjudul “Omah kang Pungkasan” pengarang menggunakan bahasa Jawa ragam ngoko halus, ini bisa ditunjukkan dalam penyampaian cerita yang ditulis oleh pengarang. Sebagai contoh dalam kutipan :
Jam 11 awan, Rini lagi ngandhut, meteng kapisanan umur 5 sasi, lungguh dhewe ana ing ruwang tengah omah dinas Puskesmas Nanggulan…..
• Pengungkapan
Definisi Pengungkapan :
Menurut Freud, pengungkapan sastra ada kesamaan yaitu pemenuhan hasrat yang tersembunyi (dalam Nurgiyantoro, 1998)
Analisis Pengungkapan dalam cerpen “Omah kang Pungkasan”
Dalam cerpen yang berjudul “Omah kang Pungkasan” pengarang menggunakan teknik pengungkapan yang realitis dan sederhana, tetapi menggunakan kalimat yang pendek-pendek.
Ini bisa dilihat dengan membaca cerpen tersebut, sebagai contoh pada kutipan cerpen di bawah ini :
Rini kalebu Kenya sing ayu. Amarga ayu iki Rini kudu cepet-cepet dadi ibu rumah tangga. Minangka mahasiswa Rini seneng ubyang-ubyung, melu grup seni. Sing paling disenengi grup seni teater. Malah melu grup seni teater sing kawentar.
2) Suasana
Definisi Suasana :
Menurut KBBI, suasana memiliki beberapa arti :
• Hawa, udara
• Keadaan sekitar sesuatu atau dalam lingkungan sesuatu
• Keadaan suatu peristiwa
Pengertian lain, suasana adalah salah satu unsur intrinsik yang
berkaitan dengan keadaan psikologis yang timbul dengan sendirinya
bersamaan dengan jalan cerita.
Analisis Suasana dalam cerpen “Omah kang Pungkasan”
Dalam cerpen yang berjudul “Omah kang Pungksan” suasana yang disajikan oleh pengarang, antara lain :
• Sedih
Suasana sedih ini bisa dilihat dalam cerpen pada saat pengarang menceritakan tentang kehamilan di luar nikah Rini saat masih kuliah di FIP IKIP PGRI, kematian dr. Sutomo, dan kematian Pak Darminto.
Ini bisa digambarkan dalam kutipan cerpen, antara lain :
“Rini meteng, Rini meteng!”Ngono kabar sumebar ing kampus IKIP PGRI. Kabar pungkasan Pak RT panggonane kor Rini nembe bae ana undhian, linthingan. Undhian, linthingan ngrebut Rini meteng….
“Bu…bu Rini keng raka mobilipun tabrakan kalih sepur teng Talang!...”
“Nuwun sewu, ibu kulaaturi cepet-cepet tindak Karyadi, Pak Darminto, koma, matur nuwun!...”
• Bahagia
Suasana bahagia di dalam cerpen yang berjudul “Omah kang Pungkasan” itu bisa digambarkan pada saat Rini mendapatkan suami terakhirnya Mursalin Ridho. Dan di saat suaminya mengatakan bahwa rumah terakhir itu adalah kuburan atau rumah masa depan.
Ini bisa dilihat pada kutipan cerpen, sebagai berikut :
“Omah sing pungkasan iku dudu omah iki…nanging kuburan, rumah masa dhepan dhiajeng…mula suk menawa anake dhewe wis rada gedhe, dhiajeng arep dakjak menyang Mekah, ngibadah, muga-muga kena kanggo sangu manggon omah kang pungkasan!”Krungu tembung-tembung ngono mau, kakunge diruket kenceng, kenceng banget,ora lali dilarasi kanthi kebak asih, wola-wali.
• Susah
Suasana susah ini digambarkan oleh pengarang pada saat menceritakan Rini terkatung-katung setelah ditinggal pergi oleh Hansi Setyaroyo.
Ini bisa dilihat pada kutipan cerpen, sebagai berikut :
Rini kontrang-kantringan,sawise 6 sasi Hansi ora mulih,banjur ngajokake talak menyang Pengadilan Agama, usule ditampa Rini statuse randha maneh sing kaping telu.
• Religius
Suasan religius ini digambarkan oleh pengarang di akhir cerita pada cerpen “Omah kang Pungkasan”. Pada saat suami terakhir Rini Mursalin Ridho berniat untuk mengajak istri dan anaknya untuk beribadah ke Mekkah suatu saat nanti jika anaknya sudah beranjak dewasa.
Ini bisa ditunjukkan pada kutipan cerpen, sebagai berikut :
…mula suk menawa anake dhewe wis rada gedhe, dhiajeng arep dakjak menyang Mekah, ngibadah, muga-muga kena kanggo sangu manggon omah kang pungkasan!...
h) Waktu Penceritaan
Definisi Waktu Penceritaan :
Menurut situs digilib.uin-suka.ac.id, keterangan waktu dalam kalimat yang biasanya dinyatakan pada verbalnya. Waktu menggambarkan hubungan antra waktu terjadinya sebuah peristiwa dan waktu penceritaan/ waktu berbicara. Waktu penceritaan sendiri adalah rentang waktu yang dibutuhkan dalam cerita. Bukan waktu yang dibutuhkan pengarang untuk membuat sebuah cerita.
Analisis Waktu Penceritaan dalam cerpen “Omah kang Pungkasan”
Dalam cerpen yang berjudul “Omah kang Pungkasan” waktu penceritaan yang disajikan oleh pengarang adalah 40 tahun lebih.
Rentang waktu 40 tahun ini bisa dibuktikan dengan isi cerita yang menceritakan Rini sejak lahir sampai umur 40 tahun lebih. Ini bisa ditunjukkan dengan kutipan cerpen sebagai berikut :
Pada awal cerita :
Rini sing jeneng wutuhe Ayu Sekarini, kelairan 14 Mei 1967 manggon ing omah kang jembare….
….Rini dhewe senajan umur wis luwih saka 40 tahun, sing jare resiko tinggi, lagi ngandhut maneh wis umur 4 sasi, wohing katresnan karo Mursalin Ridho kakunge sing nomer 4.
i) Penutup/ Kesimpulan
Dari analisis cerpen yang berjudul “Omah kang Pungkasan” dapat disimpulkan beberapa hal, antara lain :
1) Cerpen yang diceritakan oleh pengarang ini tergolong cerpen yang bagus karena tema dalam cerita yang ditulis oleh pengarang sesuai dengan isi.
2) Judul yang ditulis pengarang sesuai dengan alur cerita.
3) Dalam cerita, konflik tidak diceritakan secara jelas. Semua hal yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi oleh tokoh utama kebanyakan sudah berupa akhir dari konflik, tidak dijelaskan awal terjadinya konflik. Sebagai contoh konflik yang dialami tokoh utama pada saat menghadapi kepergian suaminya yang pertama dan kedua.
4) Pembaca dibuat penasaran dengan maksud tema dan judul, walaupun tidak ada ketegangan-ketengangan yang menonjol.
5) Cerita di atas tidak ada unsur humornya sehingga pembaca yang senang akan humor tidak bisa menikmati cerita tersebut.
6) Penokohan dalam cerpen di atas tidak digambarkan secara jelas, sehingga analisis penokohan dalam cerpen hanya sebatas yang diceritakan oleh pengarang.
DAFTAR PUSTAKA
Budi, Yohanes. 2009. Omah kang Pungkasan (Majalah Penyebar Semangat). Surabaya : PT Percetakan Penyebar Semangat
Esten, Mursal. 1994. Kritik Sastra Indonesia. Padang : Angkasa Raya.
Eti, Nunung Yuli, dkk. 2005. Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Klaten : Intan Pariwara.
Haryanto. 2007. Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA dan MA kelas XII. Tangerang : Esis.
Nurgiyantoro, Burhan. 1998. Teori Pengkajian Fiksi. Jogjakarta : Gadjah Mada University Press.
Pudjiono, Muhammad. 2006. Analisis Nilai-Nilai Religius dalam Cerita Pendek (Cerpen) Karya Miyazawa Kenzi. Medan : USU Repository.
Putra, Willi. 2008. Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas XI SMA/MA. Jakarta : Gunung Jati.
Sudjirman, Panuuti. 1991. Kamus Istilah Sastra. Jakarta : Gramedia
Sumardjo, Jakob Saini KM. 1991. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta : Gramedia
Tarigan, Henry Guntur. 1991. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung : Angkasa.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka
Daftar non Pustaka :
bahtera.org
bertanyaataumati.blogspot.com
digilib.uin-suka.ac.id
http://id.wikipedia.org/wiki/Tema
pusatbahasa.diknas.go.id
sentra-edukasi.com
www.wikipedia.com
www.indobio.com
ANALISIS CERPEN OMAH KANG PUNGKASAN (TEMA, FAKTA CERITA, DAN SARANA CERITA)
Reviewed by Hendi Widyatmoko
on
8/29/2016 02:34:00 PM
Rating:

Tidak ada komentar: