Serat Pepali ternyata banyak mengandung nilai filosofis yang dapat kita ambil sebagai pedoman hidup, antara lain :
1. Sebagai manusia hendaknya jangan tinggi hati, jangan sombong, jangan usil, jangan serakah dan jangan panjang tangan. Jangan gila pujian, jangan berbuat serong, janganlah tebal muka, berani malu dan jangan mengagung-agungkan diri.
2. Dan sebaiknya orang hidup itu mencari bagusnya. Tetapi ingatlah bahwa bagus itu bukan karena harta benda, bukan karena pakaian, bukan karena rupa. Yang disebut bagus ialah yang disayang oleh sesamanya. Semua orang kasih sayang kepadanya karena tingkah lakunya yang menyenangkan.
3. Juga jangan mendewakan harta, jangan memuja pakaian indah, jangan pula mendewa-dewakan kepandaian atau ilmu sendiri. Jangan mengandalkan kekuatan jasmani, jangan memuja-muja mantera, jangan pula membanggakan perbuatan atau jasa sendiri. Janganlah menghamba kepada pengetahuan, sebab yang demikian itu tidak ada gunanya. Jangan berusaha agar dihormati, biarlah tiap orang bersikap dan berbuat sendiri.
4. Terhadap orang lain janganlah berbuat seperti terhadap binatang piaraan, kerbau, sapi, dan sejenisnya. Janganlah menggurui orang lain, tunjukkanlah akan baiknya atau bagaimana mestinya sebelum orang berbuat salah. Jika telah terlanjur, jangan dicerca, dipersalahkan, janganlah memaki-maki sebab yang demikian itu tidak ada faedahnya.
5. Selain itu janganlah berbuat sembrono serba tergesa-gesa. Hidup ini banyak artinya, pertama-tama orang harus memperhatikan akan bahaya. Bahaya ada tiga macam, yakni bahaya karena ucapan, bahaya karena penglihatan dan bahaya yang bersarang di dalam hati sendiri.
6. Hendaklah suka berguru dan tahu malu. Ada dua macam malu, yakni malu terhadap Tuhan dan malu terhadap sesama manusia, maka berhati-hatilah, janganlah kau tercela. Terhadap sanak keluarga, janganlah engkau berani memudah-mudahkan dan jangan usil mulut, jangan tinggi hati, jangan suka mencampuri urusan orang lain dan janganlah serong.
7. Sebab perbuatan jahat akan menemui kejahatan pula, barang siapa menanam kebaikan akan memperoleh kebaikan pula, bahkan sampai kepada keturunannya. Jika ada keturunannya yang berkedudukan tinggi memerintah orang lain, hendaknya ia jangan berbuat semena-mena karena akibatnya ia tidak akan langgeng, di mana ia dicela.
8. Jangan suka gegabah, jangan suka bertengkar, janganlah sewenang-wenang, jangan mengagungkan ilmu sendiri, jangan bertabiat rendah, jangan sombong dan usil, jangan pula suka sembrono, sebab yang demikian ini mendatangkan bencana.
9. Apabila terhadap orang berendah hati, hendaklah engkau segan padanya, sebab dia itu bertuah. Orang yang bertabiat demikian, hendaklah kau sayangi untuk diambil restunya, sebab dia itu memberkati. Hendaklah sikap orang demikian itu kau tiru, karena rendah hati itu mencakup sikap yang halus, tuturkatanya sopan, duduknya selalu berhati-hati, tidak semena-mena terhadap orang lain.
10. Jangan suka pada sifat serba berani, jangan suka memperkebal diri seperti dukun. Jangan berwatak sebagai kaum, yang berjanji zakat, tapi bila dikurangi mengajak bertegkar.
11. Bila menjadi penguasa hendaknya memerintah orang kecil itu dengan sabar dan pelan-pelan, dengan maksud supaya tahan lama, selamat sebagai sediakala. Dan berilah ampun sebanyak-banyaknya.
12. Serat Pepali mengajarkan untuk teliti dalam kehidupan dan kebiasaan hidup. Jangan tergesa-gesa hendaklah pelan-pelan, sabar.
13. Serat Pepali mengajarkan untuk mencangkul badan, menyiang badan, apabila ingin selamat dan bertambah sejahtera dengan mencegah tidur dan jangan suka makan. Yang berarti kita harus selalu memiliki rasa prihatin.
14. Serat Pepali menegaskan bahwa badan atau tubuh kita itu sebenarnya seperti sampah di laut, bila kena ombak akan terbawa arus. Sama dengan tubuh manusia yang menjadi hamba, titah, tidak mempunyai kehendak, menjadi kuasa Tuhan kehendaknya telah tertutup sesuatu tenggelam dalam lautan.

1. Sebagai manusia hendaknya jangan tinggi hati, jangan sombong, jangan usil, jangan serakah dan jangan panjang tangan. Jangan gila pujian, jangan berbuat serong, janganlah tebal muka, berani malu dan jangan mengagung-agungkan diri.
2. Dan sebaiknya orang hidup itu mencari bagusnya. Tetapi ingatlah bahwa bagus itu bukan karena harta benda, bukan karena pakaian, bukan karena rupa. Yang disebut bagus ialah yang disayang oleh sesamanya. Semua orang kasih sayang kepadanya karena tingkah lakunya yang menyenangkan.
3. Juga jangan mendewakan harta, jangan memuja pakaian indah, jangan pula mendewa-dewakan kepandaian atau ilmu sendiri. Jangan mengandalkan kekuatan jasmani, jangan memuja-muja mantera, jangan pula membanggakan perbuatan atau jasa sendiri. Janganlah menghamba kepada pengetahuan, sebab yang demikian itu tidak ada gunanya. Jangan berusaha agar dihormati, biarlah tiap orang bersikap dan berbuat sendiri.
4. Terhadap orang lain janganlah berbuat seperti terhadap binatang piaraan, kerbau, sapi, dan sejenisnya. Janganlah menggurui orang lain, tunjukkanlah akan baiknya atau bagaimana mestinya sebelum orang berbuat salah. Jika telah terlanjur, jangan dicerca, dipersalahkan, janganlah memaki-maki sebab yang demikian itu tidak ada faedahnya.
5. Selain itu janganlah berbuat sembrono serba tergesa-gesa. Hidup ini banyak artinya, pertama-tama orang harus memperhatikan akan bahaya. Bahaya ada tiga macam, yakni bahaya karena ucapan, bahaya karena penglihatan dan bahaya yang bersarang di dalam hati sendiri.
6. Hendaklah suka berguru dan tahu malu. Ada dua macam malu, yakni malu terhadap Tuhan dan malu terhadap sesama manusia, maka berhati-hatilah, janganlah kau tercela. Terhadap sanak keluarga, janganlah engkau berani memudah-mudahkan dan jangan usil mulut, jangan tinggi hati, jangan suka mencampuri urusan orang lain dan janganlah serong.
7. Sebab perbuatan jahat akan menemui kejahatan pula, barang siapa menanam kebaikan akan memperoleh kebaikan pula, bahkan sampai kepada keturunannya. Jika ada keturunannya yang berkedudukan tinggi memerintah orang lain, hendaknya ia jangan berbuat semena-mena karena akibatnya ia tidak akan langgeng, di mana ia dicela.
8. Jangan suka gegabah, jangan suka bertengkar, janganlah sewenang-wenang, jangan mengagungkan ilmu sendiri, jangan bertabiat rendah, jangan sombong dan usil, jangan pula suka sembrono, sebab yang demikian ini mendatangkan bencana.
9. Apabila terhadap orang berendah hati, hendaklah engkau segan padanya, sebab dia itu bertuah. Orang yang bertabiat demikian, hendaklah kau sayangi untuk diambil restunya, sebab dia itu memberkati. Hendaklah sikap orang demikian itu kau tiru, karena rendah hati itu mencakup sikap yang halus, tuturkatanya sopan, duduknya selalu berhati-hati, tidak semena-mena terhadap orang lain.
10. Jangan suka pada sifat serba berani, jangan suka memperkebal diri seperti dukun. Jangan berwatak sebagai kaum, yang berjanji zakat, tapi bila dikurangi mengajak bertegkar.
11. Bila menjadi penguasa hendaknya memerintah orang kecil itu dengan sabar dan pelan-pelan, dengan maksud supaya tahan lama, selamat sebagai sediakala. Dan berilah ampun sebanyak-banyaknya.
12. Serat Pepali mengajarkan untuk teliti dalam kehidupan dan kebiasaan hidup. Jangan tergesa-gesa hendaklah pelan-pelan, sabar.
13. Serat Pepali mengajarkan untuk mencangkul badan, menyiang badan, apabila ingin selamat dan bertambah sejahtera dengan mencegah tidur dan jangan suka makan. Yang berarti kita harus selalu memiliki rasa prihatin.
14. Serat Pepali menegaskan bahwa badan atau tubuh kita itu sebenarnya seperti sampah di laut, bila kena ombak akan terbawa arus. Sama dengan tubuh manusia yang menjadi hamba, titah, tidak mempunyai kehendak, menjadi kuasa Tuhan kehendaknya telah tertutup sesuatu tenggelam dalam lautan.
Nilai Filosofis Serat Pepali
Reviewed by Hendi Widyatmoko
on
4/24/2010 01:21:00 AM
Rating:

Tidak ada komentar: